Selamat Datang Di Blog Saya:)

Kamis, 26 Juni 2014

Sahabat Kecilku



Langit sore hari berwarna orange memudar, aku dan firman sedang berada di kedai wedang jahe di daerah cibinong karena mata kuliah kami telah selesai sejak pukul 12 siang. Sambil menunggu pesanan datang ketempatku terlihat 4 orang pengamen kecil yang membawa ukulele yang masing-masing mereka genggam, aku mulai mengingat masa kecilku. Aku tak pernah tahu kapan aku akan berjumpa lagi dengan teman kecilku yang memang sangat ku rindukan sekali segala-galanya namanya adalah Hafidz tapi biasanya teman-teman kecil ku dulu memanggilnya dengan sebutan apit, dia lebih tua satu tahun dariku. Waktu kecil aku dengan teman-teman yang lain sering berpergian dipagi hari berjalan-jalan menaiki sepadah kita masing-masing tapi sering kali aku menggunakan sepedah milik apit bukan dia yang membocengnya tapi aku, sangat rindu rupanya dengan hal itu bermain bersama apit,agus,haris,aldi,bimo. Memang begini adanya teman-teman yang sering bermain petualangan denganku kebanyakan laki-laki.
“Tika… kok ngelamun sih?”,ucap firman.
aku hanya tersenyum kecil.
“Ada apa sih? Ada masalah?”,Tanya firman dengan mencoba menatap mataku seperti orang yang ingin membaca fikiran.
“Ga, gue cuma kangen aja sama masa kecil ngeliat anak-anak pada main lari-larian kayak gini gue pengen ikutan rasanya haha”,jawabku santai.
“haha jadi ini masalah lo yang bikin seorang tika shaheer diem kaya patung pancoran”,ledek firman.
“segitunya banget gue disamain sama patung pancoran”.
“yaudah sih kalau lo marah mirip deh sama ikan mas koki yang pipinya tembem banget…”,ledekan firman semakin menjadi.
“terserah ah gue mau pulang.”,aku mulai bangkit dari tempat yang ku duduki saat itu”
“yah… ngambek sih. Kalau lo pulang terus mau naik apa?”,ujarnya sambil mengikutiku dari belakang.
“naik angkot lah kayak ga ada angkot aja sih.”,jawabku dengan nada rendah layaknya seperti orang kesal.

Baru saja aku berjalan beberapa langkah dari tempat wedang jahe itu, kemudian ada sekelompok motor yang mengendarai motornya sangat cepat seperti kilat membuat stir pada motor itu menyenggol tanganku dan kemudian “brukkk” aku terjatuh, namun bukan terjatuh pada aspal jalan raya cibinong itu tapi kepelukan sosok laki-laki yang aku tidak tahu tadinya siapa karena mataku langsung menutup begitu saja setelah salah satu pengguna motor ngebut itu menyenggol tangan kananku.

“Gapapa?”, Tanya seseorang yang masih medekap ku.
“i..yaaa”, jawabku terbata-bata dan mulai membuka mata.
“makanya jangan ngambek…”,ujar orang yang mendekap ku dan sepertinya aku mulai tahu.
“Firmaaaaaan…..”,teriak ku histeris.
“ga usah kaget gitu juga lagi”,ucap firman sambil menertawakan aku setelah kalimat terakhirnya terucap.
“heh.. lepasin gue”,kataku sambil memukul tubuh firman.
“oke…”,firman mulai menjatuhkan ku ke aspal.
“auuu… ga usah beneran kali”,kataku kesal.
“katanya lepasin? Yaudah gue anter pulang ya. Ada yang luka tuh nanti kasih obat dirumah.”
“iya bawel, lagi naik motor itu orang ga ada perasaan nya banget serasa milik neneknya apa. Kataku sambil mengelus-elus luka yang ada di bagian sikut.
Kemudian Firman mulai menyalakan mesin pada motor revonya, perjalanan memakan waktu sekitar 35 menit untuk sampai rumahku memang rumahku dan rumah firman cukup jauh tetapi ini bukan kemauan ku tapi kemauan firman juga. Sesampai aku dirumah aku mulai membersihkan luka pada sikut ku ini, saat itu aku mulai teringat kala sikut apit pernah terluka dan berdarah cukup banyak karena jatuh dari sepedah dan kemudian aku yang membersihkan luka nya. Belum habis rupanya waktu ku untuk mengingat teman kecilku kembali saat terakhir melihat wajahnya aku masih duduk dibangku kelas 5SD dan dia duduk dibangku kelas 6SD, air mata yang menetes saat menjelang kepergian nya ke Madiun baru kali ini aku melihat laki-laki menangis seperti itu padahal yang ku tahu apit adalah sesosok laki-laki jagoan.

Keesokan harinya aku bersiap untuk berangkat kuliah, kali ini aku masuk siang pukul 13.00 aku selalu malas bila masuk siang rasanya ingin bolos saja atau menitip absen. Namun semenjak aku kenal dengan firman aku dibimbing olehnya agar menjadi mahasiswi yang baik. Firman memang baik sekali terhadapku dia selalu menemaniku kemana saja seperti kucing yang berada dirumahku, selalu mengikutiku dan menjadi alasan ku tertawa.
“Tiiiiiiiin…Tiiiiiin….” Rupanya suara klakson motor firman, aku bergegas mengambil tas ku dan mulai menaiki jok motor firman.

1 jam lebih akhirnya aku telah sampai kampus, aku mulai bosan karena ternyata dosen tak kunjung datang ke kelas ku, aku tidak melihat firman saat itu aku mencoba kabur dan tak mengikuti mata kuliah hari ini dan ternyata berhasil aku keluar gerbang dan berjalan kea rah caffe yang berada dalam margo city.
Aku memasan satu cangkir kopi dan mulai mengeluarkan laptop yang berada di tasku, aku menggunakan wife pada caffe tersebut untuk membuka facebook, iya facebook adalah situs yang menghubungkan aku dengan apit semakin dewasa aku tidak pernah tahu lagi bagaimana keadaan nya sekarang nomor handphone nya pun aku tidak tahu lagi.
aku mencari namanya namun tidak ditemukan, aku mencari sampai memutar otak tapi tidak juga ditemukan. Tak lama ada seseorang yang menyenggol tasku yang ku letakan dimeja caffe terjatuh dan seseorang itu mencoba menempatkan tas ku dengan semula. Aku melihat wajahnya seperti tak asing dan seperti apit, ah aku baru jangan-jangan itu adalah apit sungguhan. Aku berlari dan mulai merapikan laptopku. Aku mencoba berlari dan mengejarnya ke lantai paling atas dan aku mendapatkan lengan nya.
“tunggu…..”,kataku sambil menarik lengan orang yang menyenggol tasku.
“iyaaa…”, ucapnya sambil membalikan badan nya.
aku terdiam dan memerhatikan wajah yang sangat tak asing bagiku.
“kenapa melihat seperti itu”, ujarnya heran.
“namanya siapa? Kayak ga asing.”,kataku dengan lantang.
“Hafidz.. ada apa ya?”,katanya.
Aku masih terdiam ketika mendengar namanya aku semakin yakin bahwa ini ada lah hafidz sahabatku.
“apit? Lo ga kenal gue?”, kataku dengan bibir yang gemetar.
“kayak kenal sih..”,jawabnya singkat.
“gue tika pit teman kecil lo!”,ujarku dengan mata yang berkaca-kaca.
“tikaaa… beneran? Ah gue ga nyangka.”
“ya ampun gue ga nyangka akhinya ketemu sama lo, untung lo nyenggol tas gue kalo gak mungkin sampai besok-besok gue ga tau lo”,ucapku sambil menarik tangan apit.
Apit hanya terdiam kala itu dan menarik ku dan memeluk ku di keramaian.

Sejak pertemuan pertama kemarin aku semakin sering berjalan bersama nya sehabis mata kuliah atau bahkan aku sempat membolos demi mengobrol dengan nya, karena disini apit sedang tugas memantau lalu lintas. Apit sekarang telah menjadi seorang polisi dibilangan depok. Aku tak pernah menduga semuanya ternyata tuhan mempunyai rencana yang begitu baik. Semakin aku sering bertemu dengan apit semakin sering aku tidak bertemu dengan firman mungkin dia telah mencari-cariku karena kabar yang ku tahu dari tetangga ku firman sering kali kerumah ku untuk menjemputku tapi aku tak pernah ada. Sampai pada akhirnya aku mulai menyayangi apit lebih dari sekedar sahabat dan begitupun juga dengan apit dengan memiliki perasaan yang sama aku dan apit pun menjadi lebih dari sekedar sahabat tentunya menjadi kekasihnya karena tak perlu diperjelas lagi aku sudah mengenalnya sangat lama dan begitupun juga apit.

Malam itu aku telah berada dirumah bersama apit dan keluargaku sedang berbincang-bincang dengan apit. Aku tak pernah menduga ternyata firman mendatangi rumah ku tapi tidak masuk atau pun memanggil, firman menaruh sebuah surat dan coklat di atas pagar rumahku. Aku menyadari bahwa itu firman tapi mengapa dia tida masuk kedalam saja, aku hanya bisa terdiam melihat nya yang langsung pergi meninggalkan rumahku, kemudian setelah apit pulang dari rumahku aku mencoba meraih surat dan coklat yang ditaruh firman diatas pagarku dalam keadaan cuaca tidak bagus aku membuka surat di halaman rumahku dan surat itu menunjukan bahwa selama ini firman yang selalu ada dengan ku dia menyukai ku dan menyayangiku, aku terkejut bukan main selama ini aku tidak pernah menyadari bahwa firman menyayangiku lebih dari sekedar teman. Sungguh sangat rumit rasanya aku telah menyakiti hati seseorang yang sangat baik kepadaku. Semenjak kejadian itu aku sudah tidak terlalu dekat dengan firman karena aku tak mau firman memiliki perasaan yang semakin banyak, sampai pada akhirnya aku memutuskan untuk menerima tunangan dengan apit pada hari ulang tahun ku yang tepatnya besok tanggal 14 februari tanpa dihadiri oleh firman teman dekat ku.


Rabu, 25 Juni 2014

Biar Hujan Membawa Pergi Kenangan




“reviiiiii….”, ujar seseorang yang ada dibelakang revi.
“Dimas? Apasih kamu kenapa harus teriak gitu alay tau ga”, ledek revi kepada dimas.
“hehe maaf kali aku Cuma mau tes kuping kamu aja..”,jelas dimas. Dimas adalah teman dekat revi atau bias dibilang sekarang telah menjadi kekasihnya, hubungan mereka telah berjalan kurang lebih 4 tahun.

Langit sore ini masih sangat cerah padahal jam telah menujukan pukul 17.30, setiap hari Dimas mengantar revi pulang kerumah karena dimas selalu ingin memastikan bahwa revi harus tetap baik-baik saja.
“rev, kamu mau langsung pulang kan?”
“aduh gimana ya dim, aku ada tugas nih harus cari buku di gramedia..”,ujar revi dengan wajah gelisah.
“yaudah aku anterin kamu deh kesana ya..”,kemudian dimas mulai menggandeng tangan revi.
“dim kamu pulang aja soalnya papa nanti bakal jemput aku sepulangnya dari kantor kalau aku masih sama kamu papa pasti marah..”jelas revi dan mulai melepaskan genggaman dari dimas.
“kalau begitu aku pulang..”jawab dimas tertunduk lalu meninggalkan revi sendiri.
“maaf ya dimas..”
“kamu hati-hati..”,ucap dimas dan langsung berjalan kearah parkiran motor tanpa menjawab pertanyaan dari revi.

Langit kala itu seketika berubah menjadi gelap atau bahkan sangat gelap dari biasanya, dimas kali ini sangat khawatir bukan main karena revi tidak ada disisinya. Kendaraan yang dimas bawa pun terhenti begitu saja setelah mendengar suara ledakan dari langit, petir petang itu sangat menggelagar membuat hati dimas semakin gelisah dan mengingat bahwa revi adalah wanita yang takut dengan petir, tanpa pikir panjang dimas membanting stir pada motornya dan berbalik arah menuju dimana tempat revi membeli buku. Perjalanan dimas terlihat sangat lama karena hujan kala itu mulai turun dengan sangat hebat, setengah perjalanan pun sudah dimas tempuh padahal beberapa meter lagi dimas akan sampai dirumahnya. terfikir oleh dimas untuk menanyakan bagaimana dengan revi disana dengan gerak cepat dimas meraih sebuah handphone genggam yang ia miliki.




Rev.. udah ketemu sama papa kamu? 













Satu pesan singkat yang dimas kirim untuk revi nampaknya tidak terbalas, dimas mencoba menelfon revi tapi tak juga diangkat oleh revi. Dimas segera menuju gramedia yang dikunjungi revi dengan basah kuyupnya dimas telah sampai dengan memakan waktu 40menit.
“reviiiii… kamu gapapa?”, tangan dimas berusaha meraih pundak revi yang sedang sendiri. Kemudian tangan seseorang mencoba melepaskan tangan dimas dari pundak revi.
“dimas... papa…”, revi menoleh kearah dimas dan papanya.
“kenapa kamu masih berhubungan dengan dia revi….”, ujar papa revi dengan nada tinggi lalu melirikan matanya ke arah dimas dengan sangat tajam.
“pa…. maafin aku, aku ga bisa jauh sama dimas”, jawab revi dengan mata yang berkaca-kaca.
“om saya minta maaf sekali lagi, saya salah apa sama om sampai om seperti ini?”, ujar dimas.
“harus berapa kali saya bilang sama kamu kalau kamu dan anak saya sangat berbeda”,papa revi terlihat sangat marah dan kemudian menarik tangan revi untuk masuk ke mobilnya.
Sia-sia saat itu dimas merasa dia tidak akan pernah bisa menyatu oleh revi yang berbeda, berbeda kasta dan juga berbeda agama. Dimas adalah seorang lelaki muslim yang terlahir dari seorang ayah yang bekerja sebagai PNS dan ibunya hanya sebagai ibu rumah tangga dan juga penjual kue. Sedangkan revi adalah seorang wanita yang terlahir dari keluarga kaya yang memiliki perusahaan terkenal dan mama nya adalah seorang desainer, agama yang revi dan keluarganya anut adalah Kristen katolik dengan salip yang selalu menggantung dileher revi setiap hari.  Dimas merasa tidak akan pernah sanggup untuk melakukan semuanya sendiri karena revi terlihat sangat patuh dan takut terhadap papa dan mama nya yang selalu melarang hubungan mereka.
Tidak lama kemudian handphone yang berada dikantong baju dimas bergetar ada sebuah pesan singkat masuk dan rupanya dari revi.


Dimas, aku minta maaf sama semua nya. Aku udah gatau mesti gimana, barusan mama datang dan membawa laki-laki lebih tua dari aku 2tahun. Dia itu calon tunangan aku. Besok aku akan langsung tunangan. Aku minta maaf dimas, aku ga bisa berbuat apa-apa lagi.
 







Bagai tersambar petir dimas membaca sebuah pesan singkat yang revi ucapkan malam itu, setelah perjalanan cintanya meraih kurang lebih 4 tahun dimas dan revi harus terpisahkan dengan seseorang yang sangat sama derajat dan agamanya dengan revi. Pasrah, dimas tidak bisa berbuat apa-apa lagi setelah bertahun-tahun dimas mencoba memperjuangkan revi sampai akhirnya melakukan cinta diam-diam semuanya harus sirna malam itu juga. Dimas hanya menjawab dengan kalimat “iya aku juga minta maaf dengan semuanya, mungkin ini jalan tuhan yang akan mengarahkan kita kepada orang yang lebih baik lagi. Kamu hati-hati ya bersama orang yang akan menjadi pendamping kamu. cintai dia layaknya aku.”
seiring hujan dan angin beradu menjadi satu, seiring itupun juga dimas membawa semua kenangan masa-masa nya bersama revi dan mencoba melupakan dan mengartikan semua yang telah terjadi padanya.

Selasa, 24 Juni 2014

Coretan Malam Kemarin

       Kurasa kali ini aku telah terbangun dan sadar akan kamu yang datang dengan basa-basinya, awalnya aku cukup bahagia merasa senang bahwa ini adalah surga dunia yang kumiliki saat ini namun lama-kelamaan aku tak mencoba untuk berfikir namun terlintas pada benak diri  bahwa kamu selalu datang jika ada "maunya", iya kalimat yang ku kutip memang sangat tepat rasanya.
berhari-hari atau bahkan berminggu-minggu aku selalu mencoba menahan diri agar tidak melayangkan jari-jari ini untuk mengetikan namamu dalam ponselku, tapi syukurnya rasa ini bisa tertahan olehku lalu kamu yang menghubungiku lebih dulu..

"Assalamu'alaikum, na gimana kabanya?"

        begitu yang terlihat pada ponselku kemarin, senang sepertinya saat dia menanyakan sebuah kabar padaku lewat sebuah media sosial yaitu BBM. Angin yang tadinya tak terasa lewat sela-sela jendela kamarku menjadi terasa karena kehadiran nya. awalnya memang senang bahagia bukan main tapi setelah tahu bahwa tujuan utamanya adalah menawarkanku sebuah barang yang dia miliki untuk dijual. Seperti ada petir dimalam yang cerah aku rasa aku telah kecewa setelah mendengar kata-kata itu seakan merusak suasana yang tadinya bertabur bunga menjadi hilang seketika.

Bahagia itu sederhana dan rasa kecewapun mudah tak pernah diduga secepat itu mereka berdua berjalan beriringan. aku tahu maksudnya adalah baik, namun harusnya kamu tahu.. kamu memang tahu.. tapi nyatanya kamu tak pernah tau semua yang telah kusampaikan, seandainya kamu dapat membaca rasa kekecewaan yang kumiliki malam itu.............