Langit sore hari berwarna orange memudar, aku dan firman
sedang berada di kedai wedang jahe di daerah cibinong karena mata kuliah kami telah
selesai sejak pukul 12 siang. Sambil menunggu pesanan datang ketempatku
terlihat 4 orang pengamen kecil yang membawa ukulele yang masing-masing mereka
genggam, aku mulai mengingat masa kecilku. Aku tak pernah tahu kapan aku akan
berjumpa lagi dengan teman kecilku yang memang sangat ku rindukan sekali
segala-galanya namanya adalah Hafidz tapi biasanya teman-teman kecil ku dulu
memanggilnya dengan sebutan apit, dia lebih tua satu tahun dariku. Waktu kecil
aku dengan teman-teman yang lain sering berpergian dipagi hari berjalan-jalan
menaiki sepadah kita masing-masing tapi sering kali aku menggunakan sepedah
milik apit bukan dia yang membocengnya tapi aku, sangat rindu rupanya dengan
hal itu bermain bersama apit,agus,haris,aldi,bimo. Memang begini adanya
teman-teman yang sering bermain petualangan denganku kebanyakan laki-laki.
“Tika… kok ngelamun sih?”,ucap firman.
aku hanya tersenyum kecil.
“Ada apa sih? Ada masalah?”,Tanya firman dengan mencoba menatap mataku seperti orang yang ingin membaca fikiran.
“Ga, gue cuma kangen aja sama masa kecil ngeliat anak-anak pada main lari-larian kayak gini gue pengen ikutan rasanya haha”,jawabku santai.
“haha jadi ini masalah lo yang bikin seorang tika shaheer diem kaya patung pancoran”,ledek firman.
“segitunya banget gue disamain sama patung pancoran”.
“yaudah sih kalau lo marah mirip deh sama ikan mas koki yang pipinya tembem banget…”,ledekan firman semakin menjadi.
“terserah ah gue mau pulang.”,aku mulai bangkit dari tempat yang ku duduki saat itu”
“yah… ngambek sih. Kalau lo pulang terus mau naik apa?”,ujarnya sambil mengikutiku dari belakang.
“naik angkot lah kayak ga ada angkot aja sih.”,jawabku dengan nada rendah layaknya seperti orang kesal.
aku hanya tersenyum kecil.
“Ada apa sih? Ada masalah?”,Tanya firman dengan mencoba menatap mataku seperti orang yang ingin membaca fikiran.
“Ga, gue cuma kangen aja sama masa kecil ngeliat anak-anak pada main lari-larian kayak gini gue pengen ikutan rasanya haha”,jawabku santai.
“haha jadi ini masalah lo yang bikin seorang tika shaheer diem kaya patung pancoran”,ledek firman.
“segitunya banget gue disamain sama patung pancoran”.
“yaudah sih kalau lo marah mirip deh sama ikan mas koki yang pipinya tembem banget…”,ledekan firman semakin menjadi.
“terserah ah gue mau pulang.”,aku mulai bangkit dari tempat yang ku duduki saat itu”
“yah… ngambek sih. Kalau lo pulang terus mau naik apa?”,ujarnya sambil mengikutiku dari belakang.
“naik angkot lah kayak ga ada angkot aja sih.”,jawabku dengan nada rendah layaknya seperti orang kesal.
Baru saja aku berjalan beberapa langkah dari tempat wedang
jahe itu, kemudian ada sekelompok motor yang mengendarai motornya sangat cepat
seperti kilat membuat stir pada motor itu menyenggol tanganku dan kemudian “brukkk”
aku terjatuh, namun bukan terjatuh pada aspal jalan raya cibinong itu tapi
kepelukan sosok laki-laki yang aku tidak tahu tadinya siapa karena mataku
langsung menutup begitu saja setelah salah satu pengguna motor ngebut itu
menyenggol tangan kananku.
“Gapapa?”, Tanya seseorang yang masih medekap ku.
“i..yaaa”, jawabku terbata-bata dan mulai membuka mata.
“makanya jangan ngambek…”,ujar orang yang mendekap ku dan sepertinya aku mulai tahu.
“Firmaaaaaan…..”,teriak ku histeris.
“ga usah kaget gitu juga lagi”,ucap firman sambil menertawakan aku setelah kalimat terakhirnya terucap.
“heh.. lepasin gue”,kataku sambil memukul tubuh firman.
“oke…”,firman mulai menjatuhkan ku ke aspal.
“auuu… ga usah beneran kali”,kataku kesal.
“katanya lepasin? Yaudah gue anter pulang ya. Ada yang luka tuh nanti kasih obat dirumah.”
“iya bawel, lagi naik motor itu orang ga ada perasaan nya banget serasa milik neneknya apa. Kataku sambil mengelus-elus luka yang ada di bagian sikut.
“Gapapa?”, Tanya seseorang yang masih medekap ku.
“i..yaaa”, jawabku terbata-bata dan mulai membuka mata.
“makanya jangan ngambek…”,ujar orang yang mendekap ku dan sepertinya aku mulai tahu.
“Firmaaaaaan…..”,teriak ku histeris.
“ga usah kaget gitu juga lagi”,ucap firman sambil menertawakan aku setelah kalimat terakhirnya terucap.
“heh.. lepasin gue”,kataku sambil memukul tubuh firman.
“oke…”,firman mulai menjatuhkan ku ke aspal.
“auuu… ga usah beneran kali”,kataku kesal.
“katanya lepasin? Yaudah gue anter pulang ya. Ada yang luka tuh nanti kasih obat dirumah.”
“iya bawel, lagi naik motor itu orang ga ada perasaan nya banget serasa milik neneknya apa. Kataku sambil mengelus-elus luka yang ada di bagian sikut.
Kemudian Firman mulai menyalakan mesin pada motor revonya,
perjalanan memakan waktu sekitar 35 menit untuk sampai rumahku memang rumahku
dan rumah firman cukup jauh tetapi ini bukan kemauan ku tapi kemauan firman
juga. Sesampai aku dirumah aku mulai membersihkan luka pada sikut ku ini, saat itu
aku mulai teringat kala sikut apit pernah terluka dan berdarah cukup banyak
karena jatuh dari sepedah dan kemudian aku yang membersihkan luka nya. Belum
habis rupanya waktu ku untuk mengingat teman kecilku kembali saat terakhir
melihat wajahnya aku masih duduk dibangku kelas 5SD dan dia duduk dibangku
kelas 6SD, air mata yang menetes saat menjelang kepergian nya ke Madiun baru
kali ini aku melihat laki-laki menangis seperti itu padahal yang ku tahu apit adalah
sesosok laki-laki jagoan.
Keesokan harinya aku bersiap untuk berangkat kuliah, kali ini aku masuk siang pukul 13.00 aku selalu malas bila masuk siang rasanya ingin bolos saja atau menitip absen. Namun semenjak aku kenal dengan firman aku dibimbing olehnya agar menjadi mahasiswi yang baik. Firman memang baik sekali terhadapku dia selalu menemaniku kemana saja seperti kucing yang berada dirumahku, selalu mengikutiku dan menjadi alasan ku tertawa.
“Tiiiiiiiin…Tiiiiiin….” Rupanya suara klakson motor firman, aku bergegas mengambil tas ku dan mulai menaiki jok motor firman.
1 jam lebih akhirnya aku telah sampai kampus, aku mulai bosan karena ternyata dosen tak kunjung datang ke kelas ku, aku tidak melihat firman saat itu aku mencoba kabur dan tak mengikuti mata kuliah hari ini dan ternyata berhasil aku keluar gerbang dan berjalan kea rah caffe yang berada dalam margo city.
Aku memasan satu cangkir kopi dan mulai mengeluarkan laptop yang berada di tasku, aku menggunakan wife pada caffe tersebut untuk membuka facebook, iya facebook adalah situs yang menghubungkan aku dengan apit semakin dewasa aku tidak pernah tahu lagi bagaimana keadaan nya sekarang nomor handphone nya pun aku tidak tahu lagi.
aku mencari namanya namun tidak ditemukan, aku mencari sampai memutar otak tapi tidak juga ditemukan. Tak lama ada seseorang yang menyenggol tasku yang ku letakan dimeja caffe terjatuh dan seseorang itu mencoba menempatkan tas ku dengan semula. Aku melihat wajahnya seperti tak asing dan seperti apit, ah aku baru jangan-jangan itu adalah apit sungguhan. Aku berlari dan mulai merapikan laptopku. Aku mencoba berlari dan mengejarnya ke lantai paling atas dan aku mendapatkan lengan nya.
Keesokan harinya aku bersiap untuk berangkat kuliah, kali ini aku masuk siang pukul 13.00 aku selalu malas bila masuk siang rasanya ingin bolos saja atau menitip absen. Namun semenjak aku kenal dengan firman aku dibimbing olehnya agar menjadi mahasiswi yang baik. Firman memang baik sekali terhadapku dia selalu menemaniku kemana saja seperti kucing yang berada dirumahku, selalu mengikutiku dan menjadi alasan ku tertawa.
“Tiiiiiiiin…Tiiiiiin….” Rupanya suara klakson motor firman, aku bergegas mengambil tas ku dan mulai menaiki jok motor firman.
1 jam lebih akhirnya aku telah sampai kampus, aku mulai bosan karena ternyata dosen tak kunjung datang ke kelas ku, aku tidak melihat firman saat itu aku mencoba kabur dan tak mengikuti mata kuliah hari ini dan ternyata berhasil aku keluar gerbang dan berjalan kea rah caffe yang berada dalam margo city.
Aku memasan satu cangkir kopi dan mulai mengeluarkan laptop yang berada di tasku, aku menggunakan wife pada caffe tersebut untuk membuka facebook, iya facebook adalah situs yang menghubungkan aku dengan apit semakin dewasa aku tidak pernah tahu lagi bagaimana keadaan nya sekarang nomor handphone nya pun aku tidak tahu lagi.
aku mencari namanya namun tidak ditemukan, aku mencari sampai memutar otak tapi tidak juga ditemukan. Tak lama ada seseorang yang menyenggol tasku yang ku letakan dimeja caffe terjatuh dan seseorang itu mencoba menempatkan tas ku dengan semula. Aku melihat wajahnya seperti tak asing dan seperti apit, ah aku baru jangan-jangan itu adalah apit sungguhan. Aku berlari dan mulai merapikan laptopku. Aku mencoba berlari dan mengejarnya ke lantai paling atas dan aku mendapatkan lengan nya.
“tunggu…..”,kataku sambil menarik lengan orang yang
menyenggol tasku.
“iyaaa…”, ucapnya sambil membalikan badan nya.
aku terdiam dan memerhatikan wajah yang sangat tak asing bagiku.
“kenapa melihat seperti itu”, ujarnya heran.
“namanya siapa? Kayak ga asing.”,kataku dengan lantang.
“Hafidz.. ada apa ya?”,katanya.
Aku masih terdiam ketika mendengar namanya aku semakin yakin bahwa ini ada lah hafidz sahabatku.
“apit? Lo ga kenal gue?”, kataku dengan bibir yang gemetar.
“kayak kenal sih..”,jawabnya singkat.
“gue tika pit teman kecil lo!”,ujarku dengan mata yang berkaca-kaca.
“tikaaa… beneran? Ah gue ga nyangka.”
“ya ampun gue ga nyangka akhinya ketemu sama lo, untung lo nyenggol tas gue kalo gak mungkin sampai besok-besok gue ga tau lo”,ucapku sambil menarik tangan apit.
Apit hanya terdiam kala itu dan menarik ku dan memeluk ku di keramaian.
“iyaaa…”, ucapnya sambil membalikan badan nya.
aku terdiam dan memerhatikan wajah yang sangat tak asing bagiku.
“kenapa melihat seperti itu”, ujarnya heran.
“namanya siapa? Kayak ga asing.”,kataku dengan lantang.
“Hafidz.. ada apa ya?”,katanya.
Aku masih terdiam ketika mendengar namanya aku semakin yakin bahwa ini ada lah hafidz sahabatku.
“apit? Lo ga kenal gue?”, kataku dengan bibir yang gemetar.
“kayak kenal sih..”,jawabnya singkat.
“gue tika pit teman kecil lo!”,ujarku dengan mata yang berkaca-kaca.
“tikaaa… beneran? Ah gue ga nyangka.”
“ya ampun gue ga nyangka akhinya ketemu sama lo, untung lo nyenggol tas gue kalo gak mungkin sampai besok-besok gue ga tau lo”,ucapku sambil menarik tangan apit.
Apit hanya terdiam kala itu dan menarik ku dan memeluk ku di keramaian.
Sejak pertemuan pertama kemarin aku semakin sering berjalan
bersama nya sehabis mata kuliah atau bahkan aku sempat membolos demi mengobrol
dengan nya, karena disini apit sedang tugas memantau lalu lintas. Apit sekarang
telah menjadi seorang polisi dibilangan depok. Aku tak pernah menduga semuanya
ternyata tuhan mempunyai rencana yang begitu baik. Semakin aku sering bertemu
dengan apit semakin sering aku tidak bertemu dengan firman mungkin dia telah
mencari-cariku karena kabar yang ku tahu dari tetangga ku firman sering kali
kerumah ku untuk menjemputku tapi aku tak pernah ada. Sampai pada akhirnya aku
mulai menyayangi apit lebih dari sekedar sahabat dan begitupun juga dengan apit
dengan memiliki perasaan yang sama aku dan apit pun menjadi lebih dari sekedar
sahabat tentunya menjadi kekasihnya karena tak perlu diperjelas lagi aku sudah
mengenalnya sangat lama dan begitupun juga apit.
Malam itu aku telah berada dirumah bersama apit dan
keluargaku sedang berbincang-bincang dengan apit. Aku tak pernah menduga
ternyata firman mendatangi rumah ku tapi tidak masuk atau pun memanggil, firman
menaruh sebuah surat dan coklat di atas pagar rumahku. Aku menyadari bahwa itu
firman tapi mengapa dia tida masuk kedalam saja, aku hanya bisa terdiam melihat
nya yang langsung pergi meninggalkan rumahku, kemudian setelah apit pulang dari
rumahku aku mencoba meraih surat dan coklat yang ditaruh firman diatas pagarku
dalam keadaan cuaca tidak bagus aku membuka surat di halaman rumahku dan surat
itu menunjukan bahwa selama ini firman yang selalu ada dengan ku dia menyukai
ku dan menyayangiku, aku terkejut bukan main selama ini aku tidak pernah
menyadari bahwa firman menyayangiku lebih dari sekedar teman. Sungguh sangat
rumit rasanya aku telah menyakiti hati seseorang yang sangat baik kepadaku. Semenjak
kejadian itu aku sudah tidak terlalu dekat dengan firman karena aku tak mau
firman memiliki perasaan yang semakin banyak, sampai pada akhirnya aku
memutuskan untuk menerima tunangan dengan apit pada hari ulang tahun ku yang
tepatnya besok tanggal 14 februari tanpa dihadiri oleh firman teman dekat ku.

